semua bisa karena terbiasa
Dalam mendidik anak saya dan suami cenderung berbeda. Sebagai ibu saya lebih perasaan dalam mendidik anak, berbeda lagi dengan ayahnya lebih wani dalam mendidik anak. Meskipun suami saya termasuk golongan laki-laki lembut, bukan lelembut ya . Apalagi tentang keagamaan. Sejak bayi Agam selalu di ajak ayahnya ke mesjid salat jamaah, tapi sering saya juga cegah karena takut memgganggu ibadah orang lain. Tapi saya lama-kelamaan saya peehatikan catanya suami saya. Waktu masih bayi kalau nangis, suami keluar shof salat dan menenagkan di luar mesjid. Kejadian itu menjadi trauma saya karena takut do cibir tetangga . Akhirnya anak saya sudah berjalan, saya baru tahu dampak dari trik suami saya tentang mendidik anak . Agam sekarang kalau di Mesjid atau musala anteng dekat ayahnya. Namanya juga anak- anak kadang ya tiduran tempat sujud ayahnya, kadang naikin ayahnya . Tapi, Agam tidak pernah berisik atau teriak ketika di mesjid. Bahkan saya kaget ketika ada anak kecil nangis di mesjid, dia "ssssssttttt" kearah anak kecil . Setelah pulang ke rumah saya cerita ke ayahnya, kalau Agam bisa negur anak kecil yang rewel di mesjid . Ternyata ayahnya dari bayi membawa ke mesjid agar anak terbiasa dan mengenali salat dan keadaan disekitarnya. Kata suami, mendidik anak dengan membiasakan dia. Misalnya bawa ke mesjid dari kecil, lambat launsi anak suka di mesjid dan ikut salat. Cara makan yang baik didepan anak, dia juga akan meniru . Intinya semua bisa karena terbiasa .Kalimat itu yang menjadikan saya patokan sampai saat ini dalam mendidik dan mengajar anak . Suami saya juga berpesan jika ingin membentuk anak menjadi baik, contohkan, jangan hanya teori . Untuk ibu-ibu semangat dalam mendidik anak dengan baik dan benar .
Terimaksih telah membaca :)
Terimaksih telah membaca :)
Komentar
Posting Komentar